PENELITIAN
SEDERHANA
FAKTOR PENGUNAAN
SEPATU BEBAS ATURAN OLEH SISWA SMA
MATEMATIKA
PEMINATAN
SMA NEGERI 1
SUNGAILIAT
TAHUN AJARAN
2015/2016
DISUSUN OLEH
Andriansyah
Febby Septa
Lingga
Krisna Monica
Varian Dendisono
KELAS XI MIPA 1
GURU PEMBIMBING
Dewi Tri Pamungkas
(Guru Matematika
Peminatan kelas XI SMA Negeri 1 Sungailiat)
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
petunjuk darinya kami dapat menyelesaikan penelitian kami mengenai ‘Faktor
Penggunaan Sepatu Bebas Aturan oleh Siswa SMA’ ini. Adapun tujuan penelitian
kami ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Matematika Peminatan, kelas XI,
tahun ajaran 2015/2016.
Dalam
penyelesaian penelitian ini, kami banyak mengalami kesulitan terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.
Penelitian
ini semoga sekiranya dapat bermanfaat kepada para pembaca dan seluruh warga
sekolah. Dalam penelitian ini setidaknya dapat menambah wawasan para pembaca
tentang faktor-faktor apa saja yang membuat siswa-siswi tingkat SMA menggunakan
sepatu bebas aturan.
Kami
sadar sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bernilai positif, guna penulisan
penelitian yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Peneliti
DAFTAR ISI
Ø Cover
Penelitian
Ø Halaman
Judul
Ø Kata
Pengantar
Ø Daftas
Isi
Ø Bab
I :
a. Latar
Belakang
b. Rumusan
Masalah
c. Hipotesis
d. Populasi
dan Sampel
e. Instrumen
Ø Bab
II :
a. Uraian
hasil kegiatan pengambilan data
Ø Bab
III :
a. Pembahasan
Ø Bab
IV :
a. Kesimpulan
b. Saran
Ø Daftar
Pustaka
BAB I
A.
Latar Belakang
Sekolah
adalah salah satu tempat bagi masyarakat untuk menimba ilmu pengetahuan,
khususnya bagi para siswa. Sekolah Menengah Atas atau SMA merupakan jenjang
yang cukup tinggi untuk mencari ilmu pengetahuan. Terkadang sekolah adalah
prioritas utama bagi seluruh masyarakat, setiap anak harus disekolahkan untuk
mendapat ilmu pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu-ilmu sosial yang mereka
dapatkan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Masyarakat menilai bahwa dengan
adanya sekolah, anak-anak menjadi berpendidikan maju dan berbudi pekerti luhur,
sekolah dapat memajukan generasi-generasi muda agar menjadi orang yang lebih
baik di masa yang akan datang.
Pernyataan-pernyataan seperti itu
tidak selalu benar dan tidak pula selalu salah, karena terkadang siswa-siswi
masih saja menganggap bahwa sekolah adalah ajang untuk mencari ketenaran dan
tempat untuk bermain dengan teman-temannya. Setiap sekolah pastilah memiliki
aturan-aturan tersendiri yang harus ditaati oleh setiap warga sekolah yang
bersangkutan. Entah itu aturan tertulis atau aturan tidak tertulis. Sangat
banyak aturan-aturan tertulis dan tidak tertulis yang terdapat di sekolah,
seperti dilarang membawa senjata tajam, dilarang menggunakan baju bebas (bukan
baju seragam sekolah) pada saat jam pelajaran, dilarang membuang sampah
sembarangan, dilarang membuat PR di sekolah, dilarang membawa alat komunikasi seperti
Handphone, diharuskan menghormati
guru, diharuskan menaati perintah guru, diharuskan menyelesaikan tugas guru
tepat waktu, dan berbagai macam aturan-aturan sekolah lainnya yang harus
ditaati oleh seluruh warga sekolah, khususnya para murid.
Tahukah anda mengapa adanya aturan-aturan
di setiap sekolah. Mengapa aturan-aturan tersebut harus ditaati oleh para
siswa. Untuk apa adanya aturan-aturan tersebut. Adanya peraturan sekolah,
pastilah karena masih banyak siswa-siswa yang melanggar aturan-aturan. Misalnya
membuang sampah sembarangan, seharusnya tanpa adanya peraturan untuk membuang
sampah pada tempatnya pun orang-orang haruslah membuang sampah di tempat
sampah. Oleh karena masih banyaknya orang yang belum sadar akan hal tersebut,
maka dibuatlah aturan untuk membuang sampah pada tempatnya.
Salah
satu aturan sekolah yang akan kami bahas di sini adalah aturan untuk
‘menggunakan sepatu sekolah hitam polos’. Pastilah kita pernah bertanya untuk
apa adanya peraturan memakai sepatu sekolah hitam polos. Mungkin sebagian besar
siswa menganggap bahwa warna sepatu bukanlah suatu masalah besar yang harus di
masukkan ke dalam aturan sekolah. Mereka menganggap bahwa warna sepatu tidak
mungkin berpengaruh dengan proses pelajaran maupun proses pengajaran yang dilakukan
oleh guru dan siswa. Buktinya para guru juga masih banyak yang tidak mengenakan
sepatu hitam polos, lalu mengapa siswa diharuskan untuk mengenakai sepatu hitam
polos. Malah terkadang beberapa sekolah menganjurkan agar para siswa-siswinya
untuk mengenakan sepatu yang sama, hal ini untuk keserasian agar lebih enak
dipandang. Namun apakah hal itu wajar untuk dilakukan, ya. Dengan adanya
aturan-aturan sekolah, siswa menjadi lebih teratur dan seragam. Sama halnya
dengan mengapa siswa harus mengenakan seragam sekolah. Ya tentu saja untuk
keseragaman siswa agar terlihat lebih baik dan dapat mengenali status siswa di
setiap sekolah. Dengan adanya aturan itu pun sekolah menjadi dapat menilai
karakteristik siswa-siswa yang masih saja melanggar aturan sekolah. Sekecil
apapun aturan yang diberikan, seharusnya siswa dapat menaatinya dengan baik dan
penuh tanggung jawab. Dengan seperti itu, akan terciptalah suasana yang
harmonis antarwarga sekolah.
B.
Rumusan Masalah
Setiap
pelanggaran yang terjadi di sekolah pastilah
memiliki sebuah alasan yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang dapat membuat
seorang siswa melanggar peraturan sekolah. Hal inilah yang akan kami bahas
secara sederhana, yaitu faktor-faktor apa sajakah yang membuat sebagian siswa
kurang menaati peraturan sekolah untuk menggunakan sepatu sekolah hitam polos. Padahal
untuk memakai sepatu hitam polos sangatlah mudah dan sangat banyak toko-toko
sepatu yang menyediakan sepatu sekolah hitam polos. Dan mengapa masih ada saja
siswa yang memakai sepatu bebas aturan, maksudnya adalah sepatu yang tidak
sesuai dengan peraturan yang ada di sekolah, seperti sepatu dengan lis putih,
alas putih, atau sepatu dengan motif-motif berwarna.
C.
Hipotesis
Ada
lima faktor yang membuat sebagian siswa tidak menggunakan sepatu sekolah hitam
polos, melainkan menggunakan sepatu berwarna, yaitu :
1. Untuk
menunjang penampilan agar terlihat lebih keren
2. Tidak
suka memakai sepatu sekolah hitam polos
3. Hanya
memiliki satu sepatu sekolah, yaitu sepatu berwarna
4. Tidak
sengaja dibelikan oleh orangtua
5. Menganggap
bahwa sepatu berwarna tidak mengganggu proses pembelajaran
Ho
: μ0 = 5
H1
: μ0 ≠ 5
D.
Populasi dan Sampel
Populasi
yang akan kami gunakan di dalam penelitian kali ini adalah siswa-siswi SMA
Negeri 1 Sungailiat yang menggunakan sepatu bebas aturan, maksudnya adalah
memakai sepatu yang tidak sesuai dengan peraturan sekolah yang ada. Dalam hal
ini kami mengambil populasi dari kelas X dan kelas XI. Karena setelah kami
perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, populasi tersebut lebih banyak
menggunakan sepatu bebas aturan.
Sampel
yang akan kami gunakan dalam penelitian kali ini adalah beberapa siswa dari
populasi yang telah kami pilih. Kami akan mengambil 9 siswa.
E.
Instrumen
Instrumen
yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah angket. Pemilihan instrumen ini
dikarenakan untuk mencatat hasil-hasil pengambilai data akan lebih mudah dan
tidak meluangkan waktu banyak. Dengan digunakannya instrumen ini, pengambilan
data pada penelitian kami berlangsung sangat efektif. Pengambilan datanya
terkesan mudah, sederhana, dan cepat, apalagi dengan sampel yang tidak terlalu
banyak.
ANGKET FAKTOR PENGGUNAAN SEPATU
BEBAS ATURAN
MATEMATIKA PEMINATAN XI MIPA 1
Nama :
Berilah tanda ‘√’ pada kolom jawaban
‘ya’ atau ‘tidak’ sesuai dengan pernyataan.
No
|
Pernyataan
|
Jawaban
|
Nilai
|
Ya
|
Tidak
|
1.
|
Saya
menggunakan sepatu bebas aturan karena untuk menunjang penampilan agar
terlihat lebih keren.
|
|
|
|
2.
|
Saya
menggunakan sepatu bebas aturan karena tidak suka memakai sepatu sekolah
hitam polos.
|
|
|
|
3.
|
Saya
menggunakan sepatu bebas aturan karena hanya memiliki satu sepatu sekolah,
yaitu sepatu berwarna.
|
|
|
|
4.
|
Saya
menggunakan sepatu bebas aturan karena tidak sengaja dibelikan oleh orangtua.
|
|
|
|
5.
|
Saya
menggunakan sepatu bebas aturan karena saya pikir bahwa sepatu berwarna tidak
mengganggu proses pembelajaran.
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari
beberapa pernyataan tersebut, apakah ada faktor lain yang membuat Anda
menggunakan sepatu bebas aturan?
Ø
BAB II
A.
Uraian Hasil Kegiatan Pengambilan Data
1. Kegiatan Pengambilan Data
Berhubung
kegiatan pengambilan data ini kami lakukan dengan instrumen angket, jadi
kegiatan tersebut sangatlah simpel dan tidak membuang waktu yang lama. Kegiatan
ini kami lakukan pada hari Senin, 2 Maret 2015 di kawasan sekolah. Tepatnya
pada jam istirahat kedua sekitar pukul 11.45 – 12.00 am.
Angket
kami sebarkan ke kelas XI MIPA, XI IIS, dan X MIPA. Penyebaran ini kami lakukan
secara berpencar, peneliti 1 dan 4, yaitu Andriansyah bersama Varian
menyebarkan angket berdua, begitu pula dengan peneliti 2 dan 3, yaitu Febby dan
Krisna. Peneliti 1 dan 4 menyebarkan 4 angket, sedangkan peneliti 2 dan 3
menyebarkan 5 angket. Peneliti 1 dan 4 memberikan satu angket kepada siswa
kelas XI MIPA dan tiga angket kepada siswa kelas XI IIS. Peneliti 2 dan 3
memberikan tiga angket kepada siswi kelas XI IIS dan dua angket kepada siswa
dan siswi kelas X MIPA. Penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti 1 dan 4
dilakukan dengan memberikan angket tersebut secara langsung oleh para siswa
yang dipilih menjadi sampel penelitian, lalu angket tersebut mereka titipkan
sementara untuk diisi oleh para sampel tanpa langsung diambil (dikembalikan)
angketnya. Sementara penyebaran angket yang dilakukan oleh peneliti 2 dan 3
dilakukan dengan memberikan angket tersebut secara langsung oleh para siswa
yang dipilih menjadi sampel penelitian seperti halnya yang dilakukan oleh peneliti
1 dan 4, namun perbedaannya, peneliti 2 dan 3 tidak menitipkan angket tersebut,
melainkan langsung meminta para sampel untuk mengisi angket tersebut dengan alat
tulis yang sebelumnya sudah dipersiapkan, sehingga butuh waktu yang sedikit
lebih lama dari pada penyebaran angket peneliti 1 dan 4 karena harus memberikan
waktu luang untuk pengisian angket kepada para sampel.
Setelah
seluruh angket telah kembali, kami menghitung nilai hasil pemilihan kolom
jawaban ‘Ya’ dari pengambilan data pada setiap sampel yang ada. Setelah
dilakukan penghitungan, berikut adalah nilai hasil pengambilan data tersebut :
No
|
Nama
|
Nilai
|
1.
|
Muhammad
Dafi Alfarizy (XI MIPA)
|
2
|
2.
|
Claudiana
F Clara (XI IIS)
|
4
|
3.
|
Syawalia
P D (XI IIS)
|
4
|
4.
|
Muhammad
Rizky ( X MIPA)
|
3
|
5.
|
Yashika
A N (X MIPA)
|
4
|
6.
|
Michael
John Masdhur (XI IIS)
|
3
|
7.
|
Muhammad
Anhar (XI IIS)
|
4
|
8.
|
Malvin
Junio (XI
IIS)
|
4
|
9.
|
Miranita (XI IIS)
|
2
|
2.
Uji
Hipotesis Menggunakan Distribusi t
Uji
hipotesis ini kami lakukan dengan distribusi t dengan terlebih dahulu
menentukan μ0
(standarisasi
uji penelitian) ; DK ; α (taraf kesalahan dalam penelitian) dan ½ α ; ttabel
;
(rata-rata
nilai Xi) ; dan S (simpangan baku sampel). Uji tersebut dibutuhkan untuk
menentukan diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis pada penelitian.
a)
μ0
(standarisasi
uji penelitian)
μ0 yang
kami tentukan dalam uji distribusi t ini adalah 5. Pada angket yang telah kami
buat, kelima faktor masuk ke dalam μ0.
Karena menurut kami, faktor-faktor tersebut adalah beberapa faktor yang
mendasari mengapa seorang siswa SMA menggunakan sepatu bebas aturan.
b)
DK
DK
pada penelitian adalah (n-1), yaitu jumlah sampel yang dikurangi 1. Pada penalitian
ini, DK = 9-1. DK = 8. DK pada penelitian merupakan salah satu syarat untuk
menentukan ttabel.
c)
α
(taraf kesalahan dalam penelitian) dan ½ α
taraf
kesalahan yang kami pilih dalam penelitian ini adalah 10%, hal tersebut kami
pilih karena kami sendiri pun sebagai peneliti masih menganggap bahwa
penelitian kami belum 100% benar. Maka dari itu, ½ α adalah 0,05.
d)
ttabel
ttabel
sangatlah penting untuk menentukan diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis. Dengan ttabel kita dapat mengetahui batas-batas untuk uji
hipotesis. ttabel dipengaruhi oleh DK serta α (taraf kesalahan dalam
penelitian) dan ½ α. ttabel ini dapat dilihat pada tabel yang sudah
ada di dalam buku cetak matematika peminatan. Karena DK = 8 dan ½ α adalah
0,05, maka ttabel adalah 1,859.
e)
(rata-rata nilai Xi)
Untuk
mengetahui
pada
penelitian, sebelumnya kita harus mencari Xi. Xi adalah nilai untuk para sampel
yang memilih jawaban “Ya”. Sedangkan
adalah nilai rata-rata
dari penjumlahan Xi. Berikut adalah data
Xi.
No
|
Nama
|
Xi
|
1.
|
Muhammad
Dafi Alfarizy
(XI MIPA)
|
X1 = 2
|
2.
|
Claudiana
F Clara
(XI IIS)
|
X2 = 4
|
3.
|
Syawalia
P D
(XI IIS)
|
X3 = 4
|
4.
|
Muhammad
Rizky
( X MIPA)
|
X4 = 3
|
5.
|
Yashika
A N (X
MIPA)
|
X5 = 4
|
6.
|
Michael
John Masdhur
(XI IIS)
|
X6 = 3
|
7.
|
Muhammad
Anhar
(XI IIS)
|
X7 = 4
|
8.
|
Malvin
Junio
(XI IIS)
|
X8 = 4
|
9.
|
Miranita
(XI IIS)
|
X9 = 2
|
Σ Xi
|
30
|
Dari
penghitungan Xi tersebut, barulah akan dicari
nya.
adalah Σ Xi
dibagi dengan jumlah sampel. Jadi
= 30/9.
=10/3, atau
sama dengan 3,33.
f)
S (simpangan baku
sampel)
Simpangan
baku sampel akan didapatkan dari perhitungan S =
Jadi,
simpangan baku sampel adalah
Karena
sudah menentukan μ0
(standarisasi
uji penelitian) ; DK ; α (taraf kesalahan dalam penelitian) dan ½ α ; ttabel
;
(rata-rata
nilai Xi) ; dan S (simpangan baku sampel). Maka uji t sudah dapat dilakukan.
t
yang dicari adalah thitung. thitung ini digunakan untuk
mengetahui letak hipotesis yang telah ditetapkan. thitung inilah
yang akan mempengaruhi diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Setelah
mengetahui semua hal yang digunakan dalam uji t, maka selanjutnya akan membuat
grafik.
Karena thitung berada di
daerah yang Ho nya ditolak, maka Hipotesis pada penelitian ditolak.
BAB III
A.
Pembahasan
Setelah
merencanakan penelitian, menentukan segala hal untuk penelitian, mencari hasil
penelitian, dan mendapatkan hasil penelitian, ternyata hipotesis yang kami
berikan masih ditolak. Dalam hal ini, sangat banyak kemungkinan yang menyebabkan
ditolaknya hipotesis. Misalnya jumlah sampel dan banyaknya faktor penyebab
penggunaan sepatu bebas aturan.
Jumlah
sampel mungkin sangat berpengaruh bagi penelitian ini, kemungkinan ditolaknya
hipotesis kami karena kurang banyaknya jumlah sampel yang kami ambil.
Seharusnya kami mengambil lebih banyak sampel, tapi kurangnya pengetahuan dan
waktu kerja yang terbatas membuat kami terpaksa hanya mengambil sembilan
sampel.
Banyaknya
faktor penyebab penggunaan sepatu bebas aturan juga sangatlah berpengaruh
dengan ditolaknya hipotesis kami. Kamungkinan masih sangat banyak faktor-faktor
lain di luar faktor-faktor yang kami sediakan pada pernyataan. Seperti beberapa
alasan yang kami temui saat melakukan proses penyebaran angket, yaitu :
1. Tidak
ada ukuran sepatu hitam polos yang cukup di kaki, sehingga pelajar memilih
untuk membeli sepatu bebas aturan karena sepatu tersebut mempunyai banyak
variasi dan ukuran.
2. Sepatu
bebas warna sedang nge-trend di
kalangan para siswa, sehingga pelajar mencoba untuk mengikuti trend yang ada.
3. Sepatu
hitam polos kebetulan sedang basah karena terkena hujan dan belum kering.
4. Sepatu
hitam polos sedang kotor yang belum sempat dibersihkan
BAB IV
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat kami berikan dari penelitian kami ini adalah,
1.
Setiap sekolah
pastilah memiliki aturan-aturan tersendiri yang harus ditaati oleh setiap warga
sekolah yang bersangkutan. Entah itu aturan tertulis atau aturan tidak
tertulis. Dengan adanya aturan-aturan sekolah, siswa menjadi lebih teratur dan
seragam. Dengan adanya aturan itu pun sekolah menjadi dapat menilai
karakteristik siswa-siswa yang masih saja melanggar aturan sekolah. Sekecil
apapun aturan yang diberikan, seharusnya siswa dapat menaatinya dengan baik dan
penuh tanggung jawab. Dengan seperti itu, akan terciptalah suasana yang
harmonis antarwarga sekolah.
2. Setiap
pelanggaran yang terjadi di sekolah
pastilah memiliki sebuah alasan yang berbeda-beda. Ada banyak faktor
yang dapat membuat seorang siswa menggunakan sepatu bebas aturan, seperti untuk
menunjang penampilan agar terlihat lebih keren, karena tidak suka menggunakan
sepatu hitam polos, karena hanya memiliki satu sepatu saja, karena tidak
sengaja dibelikan orangtua, dan karena menganggap bahwa sepatu berwarna tidak
mengganggu proses pembelajaran. Namun selain faktor tersebut, masih banyak lagi
faktor-faktor lain di balik faktor-faktor tersebut, seperti tidak adanya ukuran
sepatu hitam polos yang cukup di kaki sehingga harus membeli sepatu bebas
aturan, karena mengikuti trend untuk
menggunakan sepatu bebas aturan, dan juga karena sepatu hitam polos basah dan
kotor.
3. Jumlah
sampel dan banyaknya faktor penyebab yang diberikan sangatlah berpengaruh pada
diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis.
B.
Saran
Dengan
ditolaknya hipotesis yang kami miliki, kami jadi mengetahui apa sajakah
kesalahan yang telah kami lakukan dalam penelitian ini. Jadi, bila teman-teman
yang lain ingin melakukan penelitian seperti apa yang kami lakukan, kami
sarankan untuk merencanakan lebih baik hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan
untuk pelaksanaan penelitian, jumlah sampel dan pernyataan perlu lebih banyak
agar dapat menjadi panutan bagi seluruh populasi sehingga mendapatkan hasil
penelitian yang lebih baik.