TRILOGI JINGGA DAN SENJA - ESTI KINASIH
“Empati. Jangan dijawab kalau
itu semakin melukai. Terpuruklah kalau memang batas akhir kekuatan itu di sini.
Karena untuk hal-hal itulah seorang kawan dihadirkan.” (Esti
Kinasih ~ Jingga
dalam Elegi)
“Hidup itu.. cuma bisa nyanyi
satu macem lagu aja. Elegi. Tau elegi itu apa? Lagu sedih. Hidup cuma bisa
nyanyi lagu itu aja. Dia nggak bisa nyanyi yang lain untuk kami. Kadang kami
punya cukup kekuatan untuk ndengerin. Kadang nggak. Masalah muncul kalo kami
lagi nggak kuat. Nggak ada cara lain kecuali lari. Gue lari sendirian. Ari lari
sendirian. Seneng juga sebenernya kalo bisa lari sama-sama. Paling nggak ada
tangan yang bisa dipegang. Nggak terasa sendirian. Sayangnya nggak bisa begitu.”
(Esti Kinasih ~ Jingga
dalam Elegi)
“Kadang ada hal-hal yang pingin banget kita lupain tapi nggak bisa.
Dalam kasus gue, bukan kadang lagi. Ada banyak banget hal yang pingin banget
bisa gue lupain. Kadang juga, ada kenyataan-kenyataan yang pingin banget kita
ingkarin. Tapi nggak bisa juga. Dalam kasus gue, lagi-lagi ada banyak banget
kenyataan yang kalo aja bisa, pingin banget gue ingkarin.”(Esti
Kinasih ~ Jingga
dalam Elegi)
“Bukan berarti gue selalu mencoba untuk lupa atau selalu mencoba untuk
lari. Kalo lagi kecapekan aja. Sayangnya, gue lebih sering kecapekan daripada
nggak. Sering gue berharap jadi orang yang apatis. Nggak peduli. Nggak punya
emosi. Tapi yang gue punya tinggal hidup gue. Cuma ini. Nggak ada lagi.
Nyia-nyiain berarti mati. Jadi, yaaah... gue terpaksa bertahan. Dengan segala
cara yang gue tau dan gue bisa.” (Esti Kinasih
~ Jingga dalam Elegi)
“Antara menyesal, namun juga tidak. Antara ingin tetap menjaga rahasia
terbesarnya ini, namun juga ingin mengakui. Hanya agar jika dirinya letih
sewaktu-waktu, tak perlu lagi berlari mencari tempat sembunyi. Agar teriak
keputusasaannya terpahami. Agar rasa frustasinya dimengerti. Itu saja.” (Esti Kinasih
~ Jingga dalam Elegi)
"Gue cuma minta bisa bahagia.Terserah Tuhan
mau gimana bentuknya. Mau tanpa alasan juga nggak apa-apa." (Esti Kinasih
~ Jingga dalam Elegi)
Ari adalah
hati yang penuh dengan retakan. Dia adalah senyum yang di baliknya tangis telah
menunggu begitu lama untuk bisa keluar. Dia adalah punggung tegak yang bisa
runtuh dengan hanya satu sentuhan pelan. Dan dia adalah pemain drama hebat,
karena hidup telah membentuknya dengan bertubi-tubi tekanan” (Esti
Kinasih ~ Jingga
dalam Elegi)
“Terkadang ada hal-hal yang pingin
banget kita lupain tapi nggak bisa, Tar. Dalam kasus gue, bukan kadang lagi.
Ada banyak banget hal yang pingin banget bisa gue lupain. Kadang juga, ada
kenyataan-kenyataan yang pingin banget kita ingkarin. Tapi nggak bisa juga.
Dalam kasus gue, lagi-lagi ada banyak banget kenyataan yang kalo aja bisa,
pingin banget gue ingkarin”
(Esti Kinasih ~ Jingga
dalam Elegi)
“first cut is
the deepest” (Esti Kinasih)
“apa
sih yang gue takutin? toh gue udah lama ancur” (Esti
Kinasih ~ Jingga
dan Senja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar