Kamis, 24 Maret 2016

laporan praktikum kimia: Penyepuhan logam tembaga

Penyepuhan logam tembaga
download laporan praktikum ini dalam bentuk docs dengan klik link di bawah ini!
https://drive.google.com/file/d/0B5n-AvgAQjXZc2psekJ6LUI1dFk


LAPORAN PRATIKUM KIMIA
NO : 5
HARI, TANGGAL PRATIKUM :
        I.            JUDUL PERCOBAAN :  Penyepuhan logam tembaga
     II.            TUJUAN PERCOBAAN : Mengamati peristiwa penyepuhan pada paper clip dan logam tembaga
                                         
   III.            DASAR TEORI :
Proses penyepuhan adalah proses produksi benda-benda yang terbuat dari logam yang dilapisi (disalut) dengan suatu lapisan tipis logam lain. Pada umumnya proses penyepuhan dilakukan untuk melindungi logam itu terhadap korosi dan membuaat penampilan benda itu lebih menarik.
Salah satu cara dalam proses penyepuhan adalah dengan elekrolisis. Benda logam yang akan disepuh dijadikan katode dan potongan tebal logam penyepuh dijadikan anode. Kedua elektrode itu dibenamkan dalam suatu larutan garam dari logam penyepuh yang dihubungkan dengan sumber arus searah (arus DC). Logam besi/baja mudah terkena korosi/karat. Untuk melindungi besi/
baja dari korosi, maka besi/baja dilapisi suatu logam yang sukar teroksidasi, seperti nikel (Ni), timah (Sn), krom (Cr), perak (Ag), atau emas (Au). Prinsip kerja penyepuhan/pelapisan logam adalah sel elektrolisis larutan dengan menggunakan elektrode yang bereaksi.

  IV.            ALAT DAN BAHAN :
No.
Alat/Bahan
Ukuran/Satuan
Jumlah
1.
Gelas kimia
100 mL
1 buah
2.
Larutan CuSO4
-
50 ml
3.
Amplas
-
secukupnya
4.
Logam Cu (tembaga)
-
secukupnya
5.
Baterai
1,5 volt
6 buah
6.
Kabel
-
-
7.
Paku, paper clip
-
1 buah
8.
Jepit buaya
-
sepasang


     V.            CARA KERJA :
1.      Amplaslah  paku (paper clip) hingga karatnya menghilang
2.       Hubungkan  paku  ke katode (-)   dan  logam Cu ke anode (+) dengan menggunakan jepit buaya
3.      Masukkan paper clip dan logam Cu ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan larutan CuSO4 sebanyak 50 mL
4.      Lalu,  amatilah  apa saja yang berubah dari paper clip dan logam  Cu tersebut.

  VI.            HASIL PENGAMATAN :
Logam
Pengamatan
Sebelum penyepuhan
Sesudah penyepuhan
Paper clip (katode)
Paper clip berwarna seperti keperakan
Perlahan paper clip terlapis tembaga dan berubah warna menjadi hitam
Logam tembaga (anode)
Logam tembaga berwarna kuning emas
Logam tembaga perlahan melebur dan berwarna sedikit pucat

VII.            PEMBAHASAN:
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan menghasilkan data sebagai berikut:
Pada katode paper clip warna awal seperti putih keperakan dan warna awal logam tembaga berwarna kuning keemasan. Setelah dilakukan penyepuhan paper clip yang telah dilapisi tembaga berubah warna menjadi hitam dan terlihat seperti terdapat endapan disekitar paper clip sedangkan logam tembaga setelah penyepuhan perlahan-lahan melebur dan berwarna sedikit pucat.
Terlihat dalam percobaan ini paper clip terlapisi oleh tembaga hal ini disebabkan pergerakan ion Cu2+ yang tereduksi di katode, yang membentuk Cu (s) pada katode yang melapisi paper clip, sebagaimana reaksi yang terjadi secara teoritas pada katode. 
Cu2+ (aq)  +  2e-     Cu(s)
Pada anode terlihat logam Cu meluruh atau melebur hal ini karena Cu logam inert yang dapat teroksidasi menjadi ion Cu2+ yang akan tereduksi menjadi logam  Cu yang akan melapisi paper clip. Sebagaimana reaksi berikut :

Cu(s)      Cu2+ (aq) +  2e-
VIII.            PERTANYAAN DISKUSI:
        1.       Bagaimana proses penyepuhan tembaga dapat terjadi?
 Jawab :
 Ketika ion Cu2+ dalam larutan tereduksi di katode dan mengendap sebagai Cu (s) pada paper clip. Di anode elektrode logam Cu teroksidasi untuk terus memasuk ion Cu2+ dalam larutan dan mengalami peluruhan.
      2.       Buat reaksi  Elektrolisis dari percobaan diatas?
Jawab :
Katode            :           Cu2+ (aq)  +  2e-     Cu(s)
Anode :           Cu(s)      Cu2+ (aq) +  2e-
Reaksi sel :      Cu(s)   + Cu2+ (aq)     Cu(s)   +   Cu2+ (aq)

  IX.            KESIMPULAN DAN SARAN :
           
Penyepuhan adalah pelapisan dengan logam menggunakan sel elektrolisis untuk memperindah penampilan dan pencegahan korosi. Benda yang akan disepuh dijadikan katode dan logam penyepuh sebagai anode. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan elektrolit dari penyepuh seperti pada penyepuhan tembaga adalah CuSO4 dan Dan lamanya proses penyepuhan mempengaruhi ketebalan lapisan logam penyepuh
pada logam yang disepuh.

Saran
            Lakukanlah percobaan dengan benar. Perhatikan kebersihan peralatan pratikum agar mendapatkan hasil yang akurat.
        I.            DAFTAR PUSTAKA :
            Sudarmo, unggul. 2015. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Erlangga
            Parning, dkk. 2007. Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta. Yudistira


Rabu, 23 Maret 2016

laporan praktikum kimia : Memperkirakan pH larutan dengan beberapa indikator

Memperkirakan pH larutan dengan beberapa indikator

download dalam bentuk docs



LAPORAN PRATIKUM KIMIA
HARI, TANGGAL PRATIKUM : Sabtu, 21 februari 2015
I.                    JUDUL PERCOBAAN : Memperkirakan pH larutan dengan beberapa indikator.
II.                 TUJUAN PERCOBAAN : untuk mengetahui perkiraan pH larutan dengan menggunakan beberapa indikator.
III.               DASAR TEORI :
      Asam dan basa adalah zat kimia yang memiliki sifat-sifat yang dapat membantu kita untuk membedakannya. Asam dan basa dapat dibedakan menggunakan zat tertentu yang disebut indikator atau dengan menggunakan alat khusus
      Asam adalah suatu zat yang jika dilarutkan ke dalam air akan menghasil kan ion H+. Basa adalah suatu senyawa yang di dalam air (larutan) akan menghasilkan ion OH- . Indikator asam basa adalah salah satu zat yang dapat membedakan warna pada larutan asam dan basa.
Asam memiliki pH < 7
Basa memiliki pH > 7
Netral memiliki pH = 7
      Melalui perbedaan warna inilah kita dapat memperkirankan kisaran pH suatu larutan. Trayek perubahan warna adalah batasan pH dimana terjadi perubahan warna indikator.
      Untuk mengetahui  nilai pH suatu larutan dapat digunakan pH meter atau indikator. Indikator yang umum digunakan dalam pengujian larutan asam dan basa adalah kertas lakmus. Kertas lakmus terdiri dari kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Indikator asam basa selain kertas lakmus adalah bromtimol biru, metil jingga, metil merah dan fenolftalein.
Tabel jangkauan warna beberapa indikator
Indikator
Perubahan warna
Trayek pH
Metil jingga (MO)
Merah ke kuning
3,1 – 4,4
Metil merah (MM)
Merah ke kuning
4,4 – 6,2
Lakmus
Merah ke biru
4,5 – 8,3
Bromtimol biru (BTB)
Kuning ke biru
6,0 – 7,6
Fenolftalein (PP)
Tak berwarna ke merah ungu
8,3 – 10,0

IV.              ALAT DAN BAHAN :

Alat
Jumlah
Bahan
Pelat tetes
I buah
Kertas lakmus merah dan biru
Pipet tetes
1 buah
Larutan A, B, C, D


Air sungai


Air sumur


Metil jingga (MO)


Metik merah (MM)


Bromtinol biru (BTB)


Fenolftalein (PP)

V.                 CARA KERJA
1.    Ambillah sepotong kertas lakmus merah dan biru letakkan pada lekukan plat tetes. Kemudian tetesi dengan larutan A, B, C, D, air sungai dan air sumur ke dalam lekukan yang ada kertas lakmus.  Catat perubahan warna yang terjadi
2.    Cuci pelat tetes dan lap menggunakan tisu kemudian teteskan 4 tetes larutan larutan A, B, C, D, air sungai dan air sumur. Kemudian tambahkan 2 atau 3 tetes larutan indikator
-        Lekukan pertama dengan metil jingga (MO)
-        Lekukan kedua dengan metil merah (MM)
-        Lekukan ketiga dengan bromtinol biru (BTB)
-        Lekukan keempat dengan fenolftalein (PP)
3.    Catat perubahan warna yang terjadi kedalam tabel pengamatan
VI.              HASIL PENGAMATAN :
No
Larutan
Lakmus merah
Lakmus biru
Perkiraan pH
1.
A
Merah
Merah
4,5
2.
B
Merah
Merah
4,5
3.
C
Biru
Biru
8,3
4.
D
Biru
Biru
8,3
5.
Air sungai
Merah
Biru
7
6.
Air sumur
Merah
Biru
7

No
Larutan
Metil jingga
Metil merah
BTP
PP
Perkiraan pH
1
A
Warna indikator
merah
merah
kuning
Tidak terlihat


≤ 3,1
Nilai pH
3,1
4,4
6,0
8,3
2
B
Warna indikator
merah
Merah
kuning
Tak terlihat


≤ 3,1
Nilai pH
3,1
4,4
6,0
8,3
3
C
Warna indikator
kuning
kuning
Biru
Tak terlihat


7,6 – 8,3
Nilai pH
4,4
6,2
7,6
8,3
4
D
Warna indikator
kuning
kuning
biru
Ungu


≥10
Nilai pH
4,4
6,2
7,6
10
5
Air sungai
Warna indikator
kuning
kuning
kuning
Tak terlihat

6,2 ≤pH≤8,3
Nilai pH
4,4
6,2
6,0
8,3
6
Air sumur
Warna indikator
Kuning
kuning
kuning
Tak terlihat

6,2 ≤pH≤8,3
Nilai pH
4,4
6,2
6,0
8,3

VII.            ANALISIS DATA :
      Dari percobaan 1 yang telah saya lakukan bersama kelompok yang menguji larutan A, B, C, D, air sungai, dan air sumur dengan kertas lakmus sebagai indikator. Didapatkan hasil sebagai berikut:
      Larutan A dan B bersifat asam karena lakmus merah berubah menjadi merah dan lakmus biru menjadi merah larutran A dan B memiliki pH 4,5. Sedangkan larutan air sungai air dan air sumur merupakan larutan yang bersifat netral karena kertas lakmus merah dan biru tidak mengalami perubahan warna. Air sungai, dan air sumur memiliki pH=7. Kemudian larutan C dan D bersifat basa karena lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru menjadi biru. Larutan C dan D memiliki pH  8,5.

      Dari percobaan 2 yang saya lakukan dengan menggunakan beberapa indikator seperti bromtinol biru, metil jingga, metil merah dan fenolftalein didapatkan hasil sebagai berikut :
      Larutan A ketika ditetesi metil jingga berwarna merah, ditetesi metil merah berwarna merah, ditetesi bromtimol biru berwarna kuning dan ditetesi fenolftalein tidak berwarna. Larutan A memiliki perkiraan pH ≤ 3,1
      Larutan B ketika ditetesi metil jingga berwarna merah, ditetesi metil merah berwarna merah, ditetesi bromtimol biru berwarna kuning dan ditetesi fenolftalein tidak berwarna. Larutan B memiliki perkiraan pH ≤ 3,1
      Larutan C ketika ditetesi metil jingga berwarna kuning, ditetesi metil merah berwarna kuning, ditetesi bromtimol biru berwarna biru dan ditetesi fenolftalein tidak berwarna. Larutan C memiliki perkiraan pH 7,6 – 8,3
      Larutan D ketika ditetesi metil jingga berwarna kuning, ditetesi metil merah berwarna kuning, ditetesi bromtimol biru berwarna biru dan ditetesi fenolftalein berwarna ungu . larutan D memiliki perkiraan pH ≥ 10
      Air sungai ketika ditetesi metil jingga berwarna kuning, ditetesi metil merah berwarna kuning, ditetesi bromtimol biru berwarna kuning dan ditetesi fenolftalein tidak berwarna. Air sungai memilki perkiraan pH 6,2 ≤ pH ≤ 8,3
      Air sumur ketika ditetesi metil jingga berwarna kuning, ditetesi metil merah berwarna kuning, ditetesi bromtimol biru berwarna kuning dan ditetesi fenolftalein tidak berwarna. Air sumur memiliki perkiraan pH 6,2 ≤ pH ≤ 8,3

VIII.         Pertanyaan :
1.      Berapa perkiraan nilai pH larutan A, B, C, D, Air sungai dan Air sumur yang anda periksa.
jawab:
-        Larutan A = ≤ 3,1
-        Larutan B = ≤ 3,1
-        Larutan C = 7,6 – 8,3
-        Larutan D = ≥ 10
-        Air sungai  = 6,2 ≤ pH ≤ 8,3
-        Air sumur = 6,2 ≤ pH ≤ 8,3
2.      Berdasarkan hasil pengamatan dengan kertas lakmus, manakah indikator yang sebenarnya tidak perlu anda gunakan lebih lanjut untuk memeriksa larutan A, B, C, D, air sumur dan air sungai? Jelaskan.
 Jawab : Menurut saya yang tidak seharusnya menjadi indikator lebih lanjut dalam praktikum ini adalah MO, MM, BTB dan PP. Karena setelah kita menggunakan kertas lakmus, kita telah mengetahui sifat larutan tersebut tanpa harus menggunakan indikator lain
3.      Dapatkah percobaan ini digunakan untuk menentukan pH larutan secara pasti? Mengapa?
Jawab : menurut saya, tidak. Karena perkiraan nilai pH ini tidak pasti tepat, namun nilai ini merupakan nilai yang lebih telitidibandingkan jika hanya indikator tunggal. Akan tetapi, jika mengharapkan hasil yang nilai pH yang pasti dapat menggunakan indikator universal. Indikator universal merupan campuran beberapa indikator yang dapat berubah pada setiap satuan nilai pH.
IX.              Kesimpulan dan saran
Kesimpulan dari pratikum ini sebagai berikut:
      Dari hasil pratikum diatas, kita bisa mengetahui bahwa untuk menentukan pH suatu larutan tidak bisa menggunakan satu indikator (indikator tunggal) karena indikator tunggal hanya akan menunjukkan hasil secara umum. Misalnya larutan D ditetesi PP berwarna ungu, berarti larutan D mempunyai pH ≥ 8,3 (pH = 10).
      Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dapat digunakan beberapa indikator terhadap satu larutan. Indikator yang harus digunakan minimal 2 indikator. Perkiraan nilai pH dari beberapa indikator ini tidak pasti tepat, namun nilainya yang lebih teliti dari indikator tunggal dan untuk mendapatkan perkiraan nilai pH secara pasti sebaiknya menggunakan indikator universal.
X.                 DAFTAR PUSTAKA.
      Sudarmo, unggul. 2013. Kimia untuk Kelas XI. Jakarta : Erlangga